Di sebuah desa bernama Zennor yang terletak di pinggir pantai, tinggallah seorang anak muda yang tampan bernama Mathew Trewella. Tidak hanya tampan, tapi ia juga mempunyai suara yang merdu. Orang-orang di desa senang sekali mendengarkan ia menyanyi. Mathew selalu bernyanyi dengan lantang, bahkan suaranya lebih keras dari lonceng gereja.
Suatu sore, semua keluarga sedang berkumpul di gereja. Keadaan di sekitar desa menjadi sepi. Tiba-tiba dari dalam laut muncullah seorang putri duyung. Dia adalah anak dari penguasa laut bernama Lyr, dan nama putri duyung itu adalah Morveren.
Morveren duduk di atas karang menikmati suara ombak dan angin. Bersamaan dengan suara angin, tiba-tiba Morveren juga mendengar suara orang menyanyi.
“Suara apa itu? Angin apa yang bisa mengeluarkan suara seperti itu?”
“Suara apa itu? Angin apa yang bisa mengeluarkan suara seperti itu?”
Tapi karena hari sudah gelap, Morveren harus segera kembali ke dalam laut. Keesokan paginya Morveren muncul lebih awal. Ia duduk di atas kapal nelayan yang sedang bersandar di pantai. Sekali lagi ia mendengar suara orang menyanyi. Kali ini Morveren benar-benar ingin tahu suara apa itu. Lalu ia menyeret tubuhnya ke pantai. Dari kejauhan ia melihat sebuah gereja kecil dan ternyata, dari dalam gereja itulah suara indah itu berasal. Sayang hari sudah gelap, Morveren pun kembali ke dalam laut.
Di dalam laut Morveren menceritakan pada ayahnya apa yang sudah dialaminya, lalu ia meminta ijin pada ayahnya untuk dapat melihat yang sesungguhnya. Tapi sang ayah keberatan.
“Ayolah ayah, ijinkan aku. Kalau tidak aku akan mengurung diri di dasar laut terus..” Bujuknya.
“Ayolah ayah, ijinkan aku. Kalau tidak aku akan mengurung diri di dasar laut terus..” Bujuknya.
Air mata mutiara pun keluar dari mata Moveren. Sang Ayah tidak tega melihat anaknya bersedih, dengan berat hati ia pun akhirnya mengijinkan. “Pergilah, tapi kau harus hati-hati. Tutupi ekormu dengan gaun, seperti yang biasa dipakai oleh wanita desa. Jangan sampai ada orang yang melihatmu, dan kembalilah sebelum gelap.”
Morveren pergi dengan menggunakan gaun yang indah. Tapi ia kesulitan berjalan. Ia harus berpegangan pada pohon yang satu dan yang lain, sampai akhirnya ia sampai di pintu gereja.
Morveren masuk ke dalam gereja dan duduk di barisan kursi paling belakang. Tidak ada yang memperhatikan ia datang. Kemudian, Morveren melihat Mathew menyanyi di depan gereja. Ternyata, suara Mathew-lah yang ia dengar selama ini. Morveren terpesona mendengar Mathew bernyanyi. Tanpa disadarinya, ia berucap kagum.
“Waaah.” Ucapnya.
“Waaah.” Ucapnya.
Tiba-tiba Mathew melihat Morveren dan berhenti bernyanyi. Mathew terpesona melihat kecantikan Morveren. Tapi Morveren malah ketakutan karena ayahnya berpesan kalau ia tidak boleh dilihat oleh siapa pun. Morveren segera pergi dari gereja.
Tidak disangka-sangka Mathew malah mengejarnya. “Hei, tunggu! Jangan pergi dulu!”. Semua orang terkejut dan ikut berlari keluar untuk melihat.
“Aku tidak bisa tinggal, aku makhluk laut, harus kembali ke laut.” Ucapnya sambil terus berlari.
“Aku tidak bisa tinggal, aku makhluk laut, harus kembali ke laut.” Ucapnya sambil terus berlari.
Air mata mutiara Morveren berjatuhan di pantai. Orang-orang desa yang semula hendak mencegah Mathew malah memunguti mutiara-mutiara itu. Tidak ada yang memperhatikan ketika Mathew akhirnya ikut terjun ke dalam laut.
Sejak saat itu tidak ada lagi penduduk Zennor yang pernah melihat Mathew dan Morveren. Mereka telah hidup bahagia bersama di kerajaan bawah laut. Mathew sering bernyanyi untuk Morveren dan kadang-kadang, nelayan yang sedang melaut bisa mendengar suaranya diantara suara ombak.
Tiba-tiba Mathew melihat Morveren dan berhenti bernyanyi. Mathew terpesona melihat kecantikan Morveren. Tapi Morveren malah ketakutan karena ayahnya berpesan kalau ia tidak boleh dilihat oleh siapa pun. Morveren segera pergi dari gereja.
Tidak disangka-sangka Mathew malah mengejarnya. “Hei, tunggu! Jangan pergi dulu!”. Semua orang terkejut dan ikut berlari keluar untuk melihat.
“Aku tidak bisa tinggal, aku makhluk laut, harus kembali ke laut.” Ucapnya sambil terus berlari.
“Aku tidak bisa tinggal, aku makhluk laut, harus kembali ke laut.” Ucapnya sambil terus berlari.
Air mata mutiara Morveren berjatuhan di pantai. Orang-orang desa yang semula hendak mencegah Mathew malah memunguti mutiara-mutiara itu. Tidak ada yang memperhatikan ketika Mathew akhirnya ikut terjun ke dalam laut.
Sejak saat itu tidak ada lagi penduduk Zennor yang pernah melihat Mathew dan Morveren. Mereka telah hidup bahagia bersama di kerajaan bawah laut. Mathew sering bernyanyi untuk Morveren dan kadang-kadang, nelayan yang sedang melaut bisa mendengar suaranya diantara suara ombak
Sumber : dari sebuah blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar