Senin, 31 Oktober 2011

Seekor Rubah dan Bangau

     Pada suatu hari ketika seekor rubah sedang berjalan-jalan di hutan, dia berpikir “Udara yang cerah!! alangkah menyenangkannya jika aku pergi memancing” katanya dalam hati. Segera disiapkannya alat-alat untuk memancing lalu segera ia pergi ke telaga yang letaknya ada di tengah-tengah hutan.
Ketika sampai di telaga, ia melihat seekor burung bangau yang anggun sedang berenang di sebuah telaga yang berair jernih. “wahai bangau, apa yang sedang kau lakukan?” tanya rubah sambil mengeluarkan pancingnya. Sang rubah sudah membayangkan bahwa ia akan mendapat ikan yang banyak untuk dimasak sebagai hidangan makan malamnya. “Aku sedang berenang. Menikmati sejuknya air telaga yang membasahi bulu-buluku” jawab bangau sambil mengepak-ngepakan sayapnya yang lebar itu. “Apa kau akan memancing , rubah?” tanya bangau ketika melihat alat pancing yang sedang disipakan rubah. “Ya, aku akan memancing untuk hidangan makan malamku” jawab rubah sambil membuang kail yang telah diberi umpan itu ke telaga. 


Baru sebentar kali di lempar, tiba-tiba pancingnya bergetar, segera rubah menarik tali pancingnya dan melihat seekor ikan besar tergantung disana. “Wahh.. asyikk.. Aku akan pesta besar nanti malam” kata rubah dengan penuh sukacita. “Apa kau mau makan malam di tempatku bangau?” tanya rubah sambil membereskan alat-alat pancingnya untuk segera pulang. “Tentu saja” jawab bangau dengan penuh semangat. Maka pulanglah rubah ke rumahnya untuk menyiapkan makan malam.
Tepat waktunya makan malam, datanglah bangau ke rumah rubah. “Tok..tok..tok!!”bangau mengetuk pintu. “Silahkan masuk” kata rubah sambil membukakan pintunya. Bangau pun masuk lalu mereka duduk di meja makan yang telah dihias dengan begitu indahnya. Bangau merasa sangat lapar. Aroma masakan begitu membangkitkan selera. “Harum sekali! Pasti rasanya enak” kata bangau dalam hatinya.

Makanan pun dihidangkan. Rubah memasak sup ikan yang sangat harum dan meletakannya dalam mangkuk kecil. Melihat hal itu, bangau pun merasa sangat sedih karena dia tidak dapat menyantap sup tersebut. Paruhnya yang panjang tidak dapat digunakan untuk memakan sup di mangkuk yang kecil. Akhirnya bangau hanya dapat menatap sup tersebut sambil menahan rasa laparnya. “Bangau, kenapa tidak kau makan supnya, apakah kau tidak menyukainya?” tanya rubah karena dilihatnya bangau hanya memandang sup tersebut. “Paruhku yang panjang tidak dapat digunakan untuk memakan sup di mangkukmu yang kecil itu rubah” jawab bangau dengan sedih. “maafkan aku bangau, tetapi hanya mangkuk kecil ini yang kumiliki” kata rubah “tapi Kau tak perlu sedih, aku tau jalan keluarnya” kata rubah lagi. Rubah segera mengambil sebuah rantang lalu mengisi rantang itu dengan sup hingga penuh. “ini bawalah, kau bisa menikmati sup ini di rumahmu” kata rubah sambil menyerahkan rantang itu kepada bangau. Bangaupun merasa senang.” Terima kasih rubah, kau baik sekali” kata bangau sambil berpamitan.  ”Besok adalah giliranku untuk mengundangmu makan malam di rumahku” kata bangau saat mereka berpisah di pintu rumah rubah. “Baiklah, aku pastu datang” jawab rubah sambil melambaikan tangannya.

Demikianlah keesokan harinya, waktu makan malam tiba, rubah datang berkunjung ke rumah bangau. “tok..tok..tok..” rubah mengetuk pintu. “Ahh.. rubah.. kau sudah datang. Mari masuk” ajak sang bangau. Ketika rubah masuk ke dalam rumah, terciumlah wangi harum dari masakan. “Perutku lapar sekali” kata rubah dalam hati. “Ayo kita segera makan” kata sang bangau sambil membawa rubah duduk di meja makan. Di atas meja sudah tersedia 2 buah kendi dengan leher panjang.  Rubah berpikir sejenak lalu berkata, ” aku tidak dapat makan dari dalam kendi ini, karena leherku pendek, apakah kau mempunya mangkuk kecil?” “Ahh..tentu saja” jawab sang bangau. “Rantang yang digunakan untuk membawa sup mu yang kemarin, dapat kau gunakan untuk alasnya”
Akhirnya rubah dan bangau pun dapat menikmati makan malamnya dengan penuh sukacita.
Pesan moral dari cerita diatas : Jika kita menaburkan kebaikkan, maka kebaikkan pula yang akan kita tuai. Bahkan berlipat kali ganda kebaikkan yang akan kita peroleh.

Penulis : Valentino

Konspirasi

Hitler Pinjam Uang demi Mobil Mercedes

Hitler Pinjam Uang demi Mobil Mercedes
Pemimpin Nazi Adolf Hitler pernah menyurati pemilik dealer mobil mewah, Mercedes Benz untuk mengutang sebuah limousine. Adolf berjanji akan membayarnya saat royalti bukunya, ‘Mein Kampf’, cair.
Surat ditulis diktator Jerman itu pada 1924 dari balik penjara di Landsberg Fortress, seperti dikutip dari The Telegraph. Dia dijebloskan ke penjara karena memimpin upaya percobaan kudeta di Munich atau dikenal dengan peristiwa Beer Hall Putsch. Dalam penjara inilah Hitler menulis blueprint ‘Mein Kampf.’
Namun, saat dia menyurati pemilik Mercedes, Jakob Ferlin, dia hanya punya uang sedikit. Hati Hitler kepincut pada model 11/40 berwarna abu-abu dengan ban berwarna putih. Saat itu, harga mobil ini mencapai 18 ribu Reichsmarks (mata uang Jerman 1924-1948).
“Namun, hal yang paling berat bagi saya saat ini, pembayaran untuk hasil kerja keras saya (royalti buku) tak bisa cair sampai tengah Desember,” tulis Hitler pada September 1924 kepada Ferlin. “Jadi, saya ingin mengajukan pinjaman atau uang muka.”
Dalam surat itu juga disebutkan perhatian Hilter pada mesin mobil Mercedes yang dia sukai itu. “Ada satu hal tentang mobil ini yang bikin saya hati-hati. Saya tidak mampu membeli mobil setiap 2-3 tahun, saya juga tak bisa membayar biaya perbaikan.”
Hitler kemudian dibebaskan Desember 1924, bulan dimana dia akan mendapat uang muka royalti penjualan Mein Kampf. Tapi, tidak ada informasi apakah dealer Mercedes Benz mengabulkan keinginan Hitler itu atau tidak.
Surat fotokopi yang semula disimpan otoritas penjara ini ditemukan di pasar lelang. Surat ini pun dinyatakan asli oleh Bavarian State Archive di Munich. Sementara surat original sudah dikirim ke Ferlin, dan hilang.
Dokumen itu, bersama 500 dokumen lain, akan dilelang awal bulan depan di kota Fuerth, Jerman. Pemilik benda-benda tersebut adalah seorang sopir taksi yang ingin namanya tetap menjadi rahasia. (vivanews)